Thursday, November 02, 2006

#055: Do'a Persahabatan


Memahami manusia dengan berbagai atribut penilaian yang melekat pada dirinya, memang menyenangkan. Tapi kadang menjengkelkan. Ya wataknya, kepribadiannya, sifatnya, sikapnya, tingkah-lakunya, proses hidupnya, dan sebagainya.

Manusia dari kecil hingga menjadi besar. Harus melalui proses perjalanan hidup yang berliku-liku. Dilahirkan, jadi bayi. Udah besar, masuk sekolah TK, SD. Dikhitan, masuk dunia akhil-balig. SMP, SMA, atau kemudian melanjutkan kuliah. Tujuan sekolah, lulus ingin dapat pekerjaan. Setelah itu, menikah. Punya anak, membesarkan anak, dan begitu seterusnya siklus hidup manusia di muka bumi ini. Secara garis besarnya demikian.

Manusia yang telah dewasa semakin sarat dengan dinamika dan penuh proses dialektika dalam kehidupannya: Tidak punya pekerjaan, ingin bekerja. Sudah punya pekerjaan, tidak serius bekerja. Bekerja gaji sedikit, kurang. Murung, sakit-sakitan, tak bergairah hidup. Tampangnya kusam, masam, minder. Gaji besar, bingung ngelolah uangnya. Larinya ke maksiat. Keluar-masuk pub, diskotik. Minum-minuman, hingga berani main perempuan. Mentereng, keren, beken, konsumtif, jadi manusia hedon! Seolah-olah hidup ini hanya dinilai dengan materi semata. Padahal, slappppppp!!!! Itu semua bisa hilang dalam sekejap, bila Tuhan menginginkan! Karena sombong itu sesungguhnya hak prerogatif Tuhan. Baju Tuhan.

Ketika masih sama-sama hidup di jaman susah, akrab, mau kumpul bersama. Ketika dapat posisi baik. Dapat jabatan promosi bagus di kantor, jadi supervisor, jadi asisten manajer, sudah lupa sama teman. Sombong, ndak mau gaul. Melihat dan kumpul sama teman miskin, ogah. Takut ketularan.

Dapat istri cantik, tambah sombong. Angkuh, suka meremehkan teman. Merubah sifat dasar.
Ikut organisasi, sifatnya jadi eksklusif, menutup diri dari "orang luar". Terjebak ideologi puritan.
Mengembangkan istilah "kami" dan "mereka". Silaturahmi dengan teman jadi putus, terganggu.

Ya, inilah hidup. Penuh dengan jebakan, tapi kita tanpa pernah sadar akan bahayanya lubang jebakan itu. Harta (materi, gaji, pendapatan, bisnis dsb), tahta (posisi, jabatan, baik di kantor ataupun di masyarakat), dan wanita (isteri, selingkuhan, simpenan, gundik, selir dan bolo-bolonya) adalah godaan hidup yang paling sempurna.


Duh, Gusti Pengeran Ingkang Maha Dumadi, ambillah harta saya jika saya punya banyak harta, tapi menjadi lupa akan nasib teman-teman saya.

Ya Gusti, lenyapkanlah jabatan saya, bila karena jabatan itu saya jadi malas dan enggan bersilaturahmi dengan teman-teman.

Ya Gusti, berilah hamba pendamping hidup yang bisa semakin mempererat silaturahmi saya dengan teman-teman.

Ya Gusti, jangan beri hamba seorang pendamping hidup yang kemudian membuat hamba berubah menjadi angkuh dan sombong dan melupakan teman-teman.

Duh, Gusti. Berilah hamba harta yang barokah.

Duh, Gusti. Bimbinglah akal-nurani hamba sehingga selalu lurus dalam jalan-Mu.

Duh, Gusti.......




Pancoran, 20-11-03
(c) GJ

0 Comments:

Post a Comment

<< Home