Monday, March 02, 2009

#Move to...

Blog saya pindah ke http://ayunara.wordpress.com

Terima kasih.
salam,
-gj-

Friday, February 13, 2009

#126: Kekuatan Ikhtiar dan Do'a


Kucium dalam-dalam pipi Narayana. Dia hanya menggeliat malas. Tidur pulas. Jam menunjukkan 21:00 WIB. Baru saja aku tiba dari kantor. Beginilah, layaknya iklan Danamon; berangkat pagi, pulang malam. Ketika berangkat, anak belum bangun. Ketika pulang, anak sudah tidur.

Inilah resiko memilih rumah di pinggiran Jakarta. Jarak tempuh 30km setiap paginya harus memaksa perjalanan (paling lama) 1 jam 30 menit untuk harus sampai di kantor. Begitupun pulang. 60km PP jadinya tiap hari. Praktis, waktu luang bersama keluarga dimaksimalkan di Sabtu dan Minggu.

Terbaik memang bicara kualitas. Kualitas ciuman pada putri-putraku. Ciuman yang terdalam sambil sholawat Nabi SAW. Karena di balik ciuman, tersimpanlah do'a, harapan, kasih sayang, mensyukuri sebagai berkah, karunia dan nikmat Tuhan Yang Maha Kuasa.

Do'a-do'a ini sangatlah perlu, karena papanya Pambayun dan Narayana ini bukanlah orang yang kaya-raya dari "sono"-nya. Bukan pula penguasa, pejabat, pengusaha dan turunan atau keluarganya. Dan tidak pula memiliki warisan harta yang berlimpah-ruah.

Jadi sangatlah wajar, jika mau bikin anak, baca do'a. Istri lagi hamil, berdo'a. Anak lahir, berdo'a. Anak mau disunat, anak mau sekolah, lulus sekolah, mau nikah hingga mau cari kerja, do'a terus. Sepanjang perjalanan si anak kelak selalu diiringi dengan do'a.

Beda dengan jenis-jenis orang kaya yang saya sebutkan di atas, begitu anaknya lahir procot sudah punya sertifikat POM Bensin. Lahir langsung calon direktur, dirut, dan sebagainya.

Ya, begitulah. Dengan kondisi yang ada, solusinya adalah kita bentuk anak kita dengan kekuatan ikhtiar dan do'a.
Semoga saja barokah..!



(c)aGusJohn
Wisma Bakrie, 13 Februari 2009

Wednesday, February 11, 2009

#125: Kopi Jahe P(e/a)mbayun


Iseng saja campur heran. Baru tahu kalau ada produk lokal khas Kotagede, Yogyakarta; Kopi Jahe Gula Jawa merk "Pembayun". Kemasan kopi jahe yang berkomposisi: Gula Jawa, gula pasir, kopi, jahe dan tanpa bahan pengawet. Unik, karena namanya sangat mirip dengan nama putri sulungku, (Sekar Ayu Nakmas) Pambayun.

"Pembayun" atau "Pambayun" adalah sebuah nama yang tidak asing bagi orang Yogya. Ia adalah gelar kebangsawanan yang diperuntukkan buat putri pertama raja turunan trah Mataram. Dalam hal ini yang masih menonjol hingga sekarang adalah Kasultanan Ngayogyakarta. Jadi ketika putri sulung Sri Sultan menikah, maka kemudian disebut Putri Pambayun.

Tapi, nama Pambayun sebenarnya sudah ada sejak jaman Kerajaan Demak. Istri Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir, yang kemudian mendirikan Kerajaan Pajang) adalah putri Sultan Trenggono juga disebut Pambayun. Artinya, literatur ini menjelaskan bahwa gelar "Pambayun" bukan berasal dari Mataram, tapi sudah ada sejak dari Kerajaan Demak. Wallahu 'alam biash showab.

Bedanya nama putriku dengan kemasan kopi ini hanya di unsur "e" dan "a". Tapi dalam catatan (literatur) sejarah, perbedaan itu hampir punah. Baik "a" ataupun "e" dipahami sebagai sesuatu yang sama dalam melihat sejarah.


*
Adalah Rini Bayu yang bawa oleh-oleh itu. Cewek gaul bagian GCG yang masih berbau-bau pengantin baru itu rupanya habis jalan-jalan dari kampung. Cewek manis turunan ningrat (namanya saja ada Rr.-nya :-) itulah yang memberiku kejutan itu.

Menyenangkan..


(c)aGusJohn,
Wisma Bakrie, 12Feb2009

Monday, February 09, 2009

#124: Rintihan (2)

taken from #087:

"Kepalaku penat. Syaraf otakku berdenyut-denyut seolah-olah ingin
ambrol saja. Inspirasi dan ide begitu banyak, tapi sulit untuk kutuangkan dalam tataran teks. Ide, inspirasi, asumsi, hipotesa, semua bercampur menjadi satu. Berbaur, seiring dengan telingaku yang mendengar berita, mataku yang melihat dan membaca, dan otakku yang kemudian melakukan analisa. Semua bergelindan menjadi satu.

Dadaku serasa bergetar. Denyut jantungku berdecak keras. Terlalu banyak ide menimbulkan pergulatan pikiran di dalam batin. Ide-ide itu mengisi setiap relung-relung otak, seperti halnya arus Ciliwung yang mengalir deras melewati kanal-kanal".


Kali itu kini berwarna coklat, penuh berisi. Sampah-sampah berselancar terbawa arus air yang kuat. Jakarta terancam banjir lagi. Ini bulan Februari, dan itu sudah biasa tiap tahunnya.


back to #087:

"..........Telah kutemukan hipotesa tentang nasionalisme yang lebih bersifat fisik, atau aku menyebutnya sebagai "nasionalisme semu" di kalangan militer. Kebobrokan negara karena kebijakannya yang cenderung a-historis; mengangkangi hukum di bawah daulat kekuasaan. Tentang kerajaan nusantara; kaitannya dengan kehidupan sekarang. Atau tentang Banjir Kanal Timur dan kebijakan-kebijakan Pemprov DKI dengan segala kontroversinya. Dan masih banyak lagi yang lain. Duh, begitu banyaknya......"

Kini, jalanan ibukota penuh dengan lubang. Hampir 70% mungkin. Tidak hanya jalan-jalan yang kecil, jalan sekelas Gatot Subroto, MT Haryono, bahkan area "Segitiga Emas" seperti Jln. HR. Rasuna Said pun ikutan bolong-bolong. Sebuah penampakan Ibukota yang kumuh, lusuh, tidak sepadan antara bangunan pencakar langit yang tinggi-megah menjulang dengan infrastruktur transportasi sebagai ibukota negara.


back to #087:

".....Semua masih dalam tataran konsep. Aku masih belum bisa menuangkannya dengan lancar. Otakku terasa penuh. Lidahku terasa keluh. Mulutku terasa gagu. Akhirnya semua kubiarkan mengalir begitu saja, menunggu waktunya".

02-02-2005. Laptop kecil aku jadikan sebagai kambing hitam atas terhambatnya inspirasi-inspirasi yang tidak dengan mudah tercatat dan terekam dalam bentuk tulisan. Di kurun waktu itu, tulisanku hanya mengandalkan lamunan dan ingatan untuk mencatat semua tema yang datang. Aku selalu berandai "jika punya laptop, pasti tulisanku akan banyak", "jika laptop itu bisa kubawa ke mana aku pergi, tentu aku sangat produktif", dan seterusnya.

Rasanya ini tidak benar. Toh, ada laptop pun tidak otomatis aku jadi produktif. Bawa laptop ke mana-mana pun tidak menjamin bisa menulis dengan banyak. Tak ada yang sulit atau berat sebenarnya. Intinya hanya bagaimana bisa secara efektif kita bisa membagi waktu dengan benar. Itu saja, tidak pakai kambing hitam!



(c)aGusJohn
Wisma Bakrie I, 10-Feb-2009.

Sunday, February 08, 2009

#123: Hape Esia Bali, Wujud Impian Masyarakat Bali

Dilengkapi konten khusus umat Hindu dan Telepon Gratis Sesama Esia Selama 4 Bulan Di Bali

Jakarta, 6 Februari 2009
Kini masyarakat Bali memiliki hape eksklusif yang dibuat berdasarkan masukan mereka dan dipersembahkan pula untuk mereka. Hape tersebut dilengkapi konten khusus umat Hindu seperti kalender Bali, pustaka Hindu, penanda waktu Tri Sandhya, Gending Bali dan Wallpaper Bali. Selain itu masyarakat Bali yang membeli hape ini juga akan menikmati bonus sms 240 ribu karakter ke sesama Esia dan telepon gratis juga ke sesama pelanggan Esia di Bali selama 4 bulan (hingga 31 Mei 2009). Esia juga akan menyisihkan Rp 10 ribu dari setiap penjualan Hape Esia Bali sebagai dana punia yang akan diserahkan melalui PHDI (Parisadha Hindu Dharma Indonesia).

”Hape ini sangat cocok bagi Masyarakat Bali karena idenya berasal dari masukan yang diberikan oleh masyarakat Bali sendiri. Esia tinggal memfasilitasinya dan mengemasnya dalam sebuah produk yang sesuai dengan keinginan tersebut. Bisa dikatakan Hape Esia Bali merupakan wujud dari impian masyarakat Bali karena berasal dari mereka dan diperuntukkan bagi sendiri”, papar Erik Meijer, Wakil Direktur Utama PT Bakrie Telecom Tbk ketika memperkenalkan Hape Esia Bali di Denpasar, Bali kemarin.

Hape Esia Bali merupakan hape pertama dan satu-satunya di Indonesia yang berisi fitur-fitur pilihan khusus umat Hindu. Fitur-fitur ini dapat menjadi pengingat penting dalam beribadah sehari-hari dan telah mendapatkan rekomendasi dari PHDI.

Menurut Erik, masyarakat Bali merasa ciri budaya dan keagamaan mereka yang penuh dengan ajaran-ajaran Hinduisme harus terus dipelihara ditengah terpaan angin globalisasi. Perkembangan teknologi justru harus dimanfaatkan untuk memelihara keteguhan serta keunikan budaya dan agama masyarakat Bali.


Seperti halnya Hape Esia Hidayah bagi kaum muslim, Hape Esia Bali juga bisa dijadikan sarana pembelajar dan pelengkap bagi kaum Hindu Bali untuk semakin memperkokoh lagi akhlak serta nilai ibadah yang dijalankannya. Niat Bakrie Telecom dalam memperkenalkan Hape Esia Bali juga merupakan upaya untuk menjadikan teknologi sebagai bagian dari gaya hidup yang memiliki nilai-nilai religius dan karenanya bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Karena fiturnya sarat dengan nuansa keagamaan, maka perlu diperhatikan pemanfaatan fitur Hape Esia Bali dilakukan dengan mengindahkan kaidah-kaidah keagamaan, khususnya agama Hindu dan digunakan sebagimana mestinya dengan menjaga keabsahan konten yang tersedia di setiap fiturnya.

”Prinsipnya sama dengan Hape Esia Hidayah yang diperuntukkan bagi kaum muslim. Penggunaannya dan isi dalam fitur juga memperhatikan saran-saran yang diberikan oleh pihak yang berwenang. Dalam hal ini Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Pada Hape Esia Bali yang berwenang tentunya PHDI. Karena itu hape ini memang cocok sekali dengan masyarakat Bali”, kata Erik.

Kalender Bali misalnya. Sebagai salah satu fitur dalam Hape Esia Bali memuat aplikasi penanggalan tentang piodalan atau upacara di pura-pura Bali, terutama di pura-pura besar seperti Pura Basakih. Juga berisi aplikasi Trisandya yang mengingatkan umat Hindu untuk melakukan ritual doa 3 kali sehari.

Sedangkan fitur Pustaka Hindu memuat aplikasi yang berisi doa sehari-hari, buku suci Bhagavad Gita dan Sarasamuscaya serta aneka kidung. Pada kedua fitur tersebut pelanggan Esia harus melakukan registrasi dan kemudian dapat menikmatinya secara gratis selama 7 hari. Selanjutnya pelanggan akan dikenakan secara otomatis biaya berlangganan mingguan sebesar Rp 1000,- plus ppn untuk masing-masing fitur.

Disamping kedua fitur berbayar tersebut, pelanggan Esia dapat menikmati fitur Wallpaper Bali dan Gending Bali secara gratis. Wall paper Bali berisi gambar-gambar dan foto yang bernuansa budaya Bali. Sementara pada fitur Gending Bali lagu-lagu pda ring tonenya juga sangat bercirikan Bali seperti Janger, Layon Sari dan Mlila Cita.

Harga Hape Esia, menurut Erik, sangat ekonomis dan sama dengan hape-hape Esia lainnya yaitu Rp 299 ribu (termasuk ppn). Bonus sms 240 ribu karakter ke sesama pelanggan Esia bisa digunakan di bulan kalender berikutnya sejak aktifasi dan berlaku selama 30 hari. “Itulah ciri khas Esia. Inovatif dan terus berupaya untuk memberikan produk sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan segmen masyarakat”, jelas Erik.


Paket bundling hape Esia selalu disertai dengan fitur-fitur unik, punya pesan khusus dan ternyata memang diminati oleh segmen tertentu dari pelanggan Esia. Paket bundling yang diluncurkan ke masyarakat penuh dengan fitur-fitur unik yang tidak mudah ditiru oleh operator lain.

Diakui Erik, adanya fitur-fitur unik selain memberikan nilai tambah bagi pelanggan Esia juga merupakan langkah strategis perusahaan untuk menggandeng potensi content provider lokal. ”Kita buka kesempatan seluas mungkin dengan para content provider lokal untuk berkreasi. Kebetulan juga kebanyakan content provider diisi oleh tenaga-tenaga muda yang kreatif, sesuai dengan jiwa dan semangat Bakrie Telecom”.

”Semangat ini pula yang melekat pada diri Bakrie Telecom karena itu merupakan suatu kehormatan kami bisa melayani masyarakat dam memberikan yang terbaik bagi masyarakat Bali lewat Hape Esia Bali”, kata Erik mengakhiri penjelasannya.

by Fauziyah Syafarina N

Tuesday, January 27, 2009

#122: Travelling with Esia and Sriwijaya Air

One Day Trip to Batam. Terbang Hemat 20% bersama Esia-Sriwijaya Air
Penulis : aGus John
Fotografer: Yudi Febrianda



Dunia jurnalistik layaknya dunia Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Ada challenge (tantangan), adventure (petualangan), dan network (pergaulan) yang luas di sana. Tak begitu heran, ketika mendapatkan tawaran mewakili BTel Blogger Community dan Esia Pojok Foto untuk meliput acara pers conference kerjasama Esia-Sriwijaya Air di atas pesawat dari Jakarta menuju Batam, Jum’at (23/01/2009) lalu, penulis sangat antusias untuk menerima tantangan itu.

Sriwijaya Air, maskapai penerbangan yang menggunakan Boeing 737-300, 400 dan 700 NG, yang baru saja mendapatkan penghargaan “Indonesia Most Branded Service Award” (IndoBSA) dari MarkPlus & Co.; sebagai perusahaan yang dipersepsi masyarakat sebagai pemberi layanan yang paling berbeda (terbaik) dalam industrinya- menjadi mitra Esia dalam kerjasama kali ini.


***
Karena acaranya sangat padat (One Day Trip), hari Jum’at itu kita seperti dikejar waktu. Berangkat pagi 05:30 WIB dari rumah, dan sampai di kantor jam 06:45. Bersama rombongan jurnalis, kita berangkat dari Kantor Wisma Bakrie jam 08:17 menuju Bandara Sukarno-Hatta. Sampai di Bandara 09:00. Pesawat sedikit delay 15 menit. Untuk mengisi waktu, kita hunting gambar yang bagus di sekitar ruang tunggu. Selebihnya, ngobrol dengan teman-teman wartawan. Sebelum naik pesawat, kita foto bareng Erik Meijer, Wakil Presiden Direktur Bakrie Telecom dan Chandra Lie, Presiden Direktur Sriwijaya Air beserta para pejabat dari Esia dan Sriwijaya Air lainnya.

Kita baru take off jam 10:38. Pesawat dari maskapai penerbangan yang mendapatkan penghargaan “Safety Team” dari Boeing, USA dan “2007 Aviation Customer Partnership Award” dari Pertamina itu melayang di udara dengan tenang dan penuh kenyamanan walaupun awan berarak-beriringan, kaku-menggumpal, dan seperti memiliki kehidupannya sendiri.

Di dalam pesawat, acara tak kalah meriah. Dibagi dalam 3 sesion; Pertama, pers conference/release bentuk kerjasama Esia-Sriwijaya Air yang disampaikan oleh Ridzki Kramadibrata, Executive Vice President (EVP) Marketing, Product & CRM Bakrie Telecom dan Ibu Ruth Hana Simatupang, Public Relation Sriwijaya Air. Menurut Ridzki, ini adalah pers conference pertama kali yang diadakan di atas pesawat, dan diikuti oleh 40 orang jurnalis dari berbagai media ibukota.

Dalam penjelasannya, bagi seluruh pelanggan Esia, Wifone dan Wimode untuk setiap pembelian voucher Talktime edisi khusus akan mendapatkan diskon 20% tiket Sriwijaya Air. Esia sendiri telah menerbitkan voucher edisi khusus tersebut dengan nominal 50K sebanyak 200.000 lembar dan nominal 100K sebanyak 50.000 lembar. Diskon menarik ini berlaku dari Januari hingga Juni 2009 untuk penerbangan dari Jakarta ke semua tujuan domestik Sriwijaya Air. Hingga saat ini, maskapai penerbangan yang mempunyai motto “Fly With Smile” dan sangat memegang teguh prinsip faktor 3S (safety, security & service) itu telah melayani 31 rute penerbangan domestik, dan 1 rute regional.

Cara aktivasi voucher talktime edisi khusus Esia-Sriwijaya Air itu juga sangat mudah. Setelah beli voucher khusus, cukup kirim sms ketik : REG (spasi) ESIA ke nomor 3910. Pengirimannya pun cukup dilakukan sekali saja dengan tarif Rp. 500/sms. SMS balasan akan memberikan informasi alamat penukaran voucher untuk mendapatkan diskon 20% Sriwijaya Air yang lokasinya semua ada di Jakarta.

Sesion ke-2; tanya jawab yang dipandu oleh Dino M. Purwana, Vice President (VP) CRM Bakrie Telecom. Dalam jawabannya, dengan adanya kerjasama ini Dino menargetkan aktivasi sebanyak 100 ribu pelanggan baru, dengan asumsi penambahan revenue sebesar 15-20%. Jika mengacu pada revenue perusahaan per bulan Desember 2008, penambahan itu diprediksi akan mencapai sekitar 30 – 40M.

Sebagai sesion terakhir; door prize. Pembagian undian berhadiah HP Esia Kilau Warna untuk penumpang regular yang ada bersama rombongan kita. Tiga penumpang beruntung mendapatkan HP Esia jika menemukan amplop di bawah tempat duduk mereka. Hadiah kejutan dari Esia diserahkan masing-masing oleh Ridzki Kramadibrata dan Dino M. Purwana (mewakili Esia), dan Kapten Pilot pesawat yang bertugas. Para pemenang pun menyambut dengan gembira atas kejutan berhadiah tersebut.

Jam menunjukkan 12:00 WIB. Kita landing di Bandara Hang Nadim, Batam dengan lancar. Setiba di Bandara, kita langsung menuju ke Masjid al-Huda, masjid tua berwarna hijau dominan, di tengah hamparan bukit berkapur yang gersang dan pohon petai Cina Jawa yang semi meranggas.

Masjid yang lokasinya terdekat dengan bandara itu penuh sesak dengan mobil para jama’ah. Masjid itu sempit, tapi tak menyurutkan niat para jama’ah yang ingin menunaikan ibadah sholat Jum’at sebagai kewajiban seorang muslim.

Sehabis sholat, kita arah balik menuju bandara, kemudian belok ke kanan menuju arah Sekupang. Kita lewati Perumahan Bukit Indah Sukajadi, Hotel Vista dan RS Awal Bros. Kemudian belok ke Jalan Bunga Raya. Kita lewati Koramil Batam Timur, kemudian belok kanan menuju Jalan Pembangunan. Kita lalui Hotel Swiss-Inn, Plaza Top 100, kemudian putar balik menuju Vihara Budi Bhakti yang lokasinya di belakang Hotel Indah.

Di Vihara yang terletak di Komplek Kelenteng Tua Pekong itu, kegiatan selanjutnya adalah Journalists Amazing Games Batam yang diikuti oleh 6 kelompok jurnalis. Setiap kelompoknya terdiri dari 5 orang jurnalis. Ada kelompok Esia hijau, orange, dan kuning. Dan juga kelompok Sriwijaya merah, biru, dan putih.

Di areal Vihara itu mereka harus menemukan jawaban dari setiap petunjuk yang tertulis dalam secarik kertas di dalam amplop. Petunjuk demi petunjuk terus mereka gali. Security, penjaga warung, penjaga kelenteng, menjadi nara sumber informasi penting bagi mereka untuk mencari jawaban.

Petunjuk selanjutnya mengarah ke aktivitas belanja di Top 100 dan harus difoto. Para jurnalis membeli aneka-ragam barang tidak boleh lebih dari waktu 10 menit. Coklat, baju, roti, minuman, mereka bingung untuk membeli. Waktu terus bergerak, aktivitas kemudian menuju ke Gerai Esia Batam yang lokasinya di komplek pertokoan Nagoya.

Di Gerai yang terletak di depan mall terkenal di Batam, Lucky Plaza itu, para peserta diwajibkan menggambil gambar/memotret iklan kerjasama Esia-Sriwijaya Air. Dan sebagai penutup kegiatan, kita makan siang di Yongkee Restaurant. Sehabis makan, presentasi setiap kegiatan yang kita lakukan. Enam kelompok jurnalis mempresentasikan kegiatan seharian itu secara deskriptif. Sedangkan bagi para blogger, kita presentasi semua kegiatan dalam bentuk tulisan.

Jam menunjuk 16:00. Kita kembali ke Bandara Hang Nadim. Sekitar jam 17:00 kita take off menuju Jakarta. Dalam perjalanan, pemenang Journalists Amazing Games Batam diumumkan. Tim Esia Kuning dinyatakan sebagai pemenang dan berhak mendapatkan hadiah tiket Sriwijaya Air Jakarta-Singapure-Jakarta, plus akomodasi dan uang saku US$100. Acara pun selesai begitu pesawat kita landing di Bandara Sukarno-Hatta jam 18:25. Rombongan menuju Wisma Bakrie, kemudian bubar.


***
Semua pihak (baik Esia ataupun Sriwijaya Air) tentu berharap, kerjasama ini bisa ditingkatkan dalam bentuk kerjasama lainnya seperti harapan yang disampaikan Ridzki Kramadibrata dalam pers conference di dalam pesawat. Pelanggan Esia juga diharapkan bisa menikmati layanan terbang hemat seperti harapan Erik Meijer, dan mendapatkan kenyamanan terbang sesuai motto Sriwijaya Air; “Fly With Smile”.

So, Bravo Esia.
Bravo Sriwijaya Air.
Semoga kerjasama bisa semakin erat.



Dari Jakarta-Batam-Jakarta hingga Ciangsana, 23-25 Januari 2009
GJ/YF

Sunday, January 11, 2009

#121: Kampung: Recharge Otak

Orang tua lugu. Kulitnya gelap sepekat gagang sabit yang dia bawa. Pakaiannya lusuh, bercapil (topi) bundar. Makan satu warung denganku. Menunya sederhana; nasi, rawon kangkung (menu rawon tapi daging diganti dengan kangkung), plus tempe dan sambal. Dia makan dengan lahapnya.

Rawon kangkung merupakan menu "khas" kampung. Di saat daya beli masyarakat yang rendah, tapi lidah masih ingin merasakan menu rawon, dengan rawon kangkung, si pemilik warung bisa menjual masakannya dengan harga murah. Biasanya, menu ini untuk konsumsi anak-anak sekolah. Rasanya sama. Sama-sama hitam. Bedanya, jika rawon beneran, kita gigit kenyal dagingnya, ini kita kunyah sayur kangkungnya.

Mak, si pemilik warung menyuguhkan teh hangat dalam gelas besar ke Pak Tua. "Monggo, Pak".
"Matur suwun," kata si Pak Tua. Segera saja ia sruput teh hangat itu.

Mata si Pak Tua, yang cekung dan tajam menerawang ke luar. Menjebol dinding warung yang terbuat dari bambu anyaman yang jarang-jarang itu. Sambil terus mengunyah dan menelan, tatapannya seperti kosong. Nasi satu piring dan teh segelas pun disruput sampai habis. Sepeda dan keranjang rumput dia sandarkan di tiang warung sebelah depan. Hari masih pagi, dan waktu terus berjalan.

"Sampun, pinten, Bu?" tanya Pak Tua pencari rumput sambil berdiri dan menyodorkan uangnya.

"Sampun pun. Kersane," kata si Mak pemilik warung. Uang itu dikembalikannya lagi.

Pak Tua bengong. "Nggih pun, matur suwun sanget". Dia pun pergi.

Aku hanya bisa menyaksikan saja sambil memangku Sang Putra Fajar, Narayana yang mengenakan blangkon.

***
Makan gratis. Sekali lagi, ini kampung. Kehidupan desa. Trust, jujur, ramah, high tolerancy. Minta cabe, daun pisang, batu bata. Atau apa saja, semua tanpa biaya. Atau, makan gratis buat si pencari rumput seperti yang saya tulis di depan.

Tak ada yang sebaik kehidupan di desa, benakku selalu bergumam begitu ketika liburan di kampung. Di kota? Rutinitas kerja yang padat, tingginya angka kriminalitas, egoisme dalam bermasyarakat, mengendari kendaraan seenaknya dan sebagainya hampir setiap hari terekam dalam memory otak kita, yang secara tidak sadar kemudian membuat berkarat otak kita. Lalu secara perlahan secara alamiah menjadikan kita manusia yang egois, tidak toleran, hedonis, dan penyakit orang kota kebanyakan.

***
So, jika kau penat kehidupan kota, maka datanglah ke desa. Jadikan kehidupan kampung sebagai kawah candradimuka untuk kembali 'recharge otak'; meningkatkan kesabaran, kejujuran, dan tentu saja keberkahan dalam hidup. Cari inspirasi tentang kebenaran, kehidupan yang toleran dan mencintai kebersamaan. Nilai-nilai yang menjadi "barang mahal" di perkotaan.

I love U, kampung.


(c) aGusJohn, Cuti End of December 2008.
at Bantaran Kali Brantas

noted:
-monggo = silahkan
-matur nuwun = terima kasih
-sampun = sudah
-pinten = berapa?
-kersane = tidak usah, biarkan saja
-nggih = ya sudah
-sanget = sekali

#120: Bermain Dengan Hati dan Otak

Final AFF Suzuki 2008 yang dulu dikenal sebagai turnamen "Piala Tiger" menampilkan juara baru. Timnas sepakbola Vietnam di luar dugaan menggilas juara bertahan Singapura di semifinal, dan berhasil melakukan revans dengan menaklukkan kandidat terkuat Thailand di partai final.

Apa Vietnam lebih baik dari Thailand? Tidak. Vietnam pun tidak lebih baik dari Singapura. Juga tidak lebih baik dari Indonesia. Serangan Vietnam sangat monoton, sering salah umpan dan mudah dipatahkan. Tapi, mereka bermain dengan otak dan hati.
Singapura dan Thailand yang menekan habis-habisan di sepanjang 90 menit pertandingan, tapi pertahanan Vietnam begitu lugas mengantisipasinya. Man to man marking timnas Vietnam sungguh efektif membuat striker Singapura dan Thailand menjadi frustasi. Dan ketika serangan lawan bisa dipatahkan, dengan cepat Vietnam melakukan serangan balik yang mematikan.

Vietnam fisik sangat bagus. Solid, kompak dalam bertahan dan menyerang. Tidak seperti Indonesia. Kalau sudah ketinggalan (dengan gol cepat) sudah pasrah, dunia seperti kiamat. Seperti sudah pasti kalah. Atau sebaliknya, kalau dalam posisi unggul menjadi jumawah. Santai, bertahan, terus jadi kalah (kasus ketika melawan Thailand).


***
Sesungguhnya pemain kita cerdas. Seperti ungkapan salah seorang pemain sepakbola terkenal ketika tim klub sepakbola Italia bertandang ke Indonesia di tahun 90-an, mereka bilang: "Pemain Indonesia itu punya kecepatan. Mereka punya bakat skill bagus. Tapi sayang, kurang cerdas".

Kurang cerdas, berarti: para pemain timnas tidak memiliki visi dan orientasi bermain. Apa itu arti menang? Bagaimana cara mencari kemenangan? Diving dan segala trik selama dianggap bukan pelanggaran tapi berpotensi mencetak gol jarang sekali dilakukan. Padahal, 2 gol Singapura ke gawang Markus Horison justru datang dari bola-bola mati. Ketika striker Singapura frustasi dengan rapatnya pertahanan Indonesia, maka mereka mencari bola-bola mati, dan gol.

Pemain timnas kita juga kurang ulet, kurang sabar dan mudah menyerah. Jika ketinggalan gol, sebelum peluit panjang berbunyi, adalah waktu yang sangat berharga untuk menyamakan defisit gol, atau justru surplus gol. Sabar artinya tidak mudah putus asa memborbardir pertahanan lawan. Jika strategi A dianggap kurang efektif, maka gunakan strategi B, dan begitu seterusnya. Lihatlah bagaimana Thailand dibuat benar-benar menangis di second leg Final AFF ketika Vietnam membuat gol di saat injury time, padahal Thailand sangat optimis dengan keunggulannya 1-0 untuk bisa memperpanjang nafas dan atau hingga adu penalti. Dan Thailand pun benar-benar menangis.

Artinya, kekurangan itu semua disebut sebagai tim yang tidak memiliki mental juara. Sikap mental ini penting, karena tidak akan minder dalam menghadapi tim lain walaupun tim tersebut di atas kemampuan timnas kita. Apakah timnas kita nasionalismenya rendah -tidak seperti pemain Vietnam yang bermain tanpa takut untuk body contact layaknya semangat para pejuang Vietkong?

Ketika melihat bermain dengan sikap mental yang loyo dan mudah nerimo begitu saja, Timnas Indonesia seperti bermain tanpa hati dan otak. Dan kita harus jujur mengakui, timnas sepakbola kita tidak memiliki keduanya. Artinya, jangan terlalu berharap menjadi timnas yang berkualitas jika tidak memiliki kedua organ vital tersebut.
Sungguh memprihatinkan!



(c) aGusJohn, 01 Januari 2009 at Bantaran Kali Brantas

#119: Bangsa Koruptor

Sejauh mata memandang, saat ini foto Caleg (baik Caleg DPR/DPRD Tk.1/Tk. 2) terpampang hampir di setiap sudut, pelosok kota/desa. Dari Ciangsana (Bogor), Ujung Aspal (Pondok Gede), Jakarta hingga di pelosok kota/desa seperti di Lamongan ataupun Jombang. Seperti biasa, janji-jani manis, slogan-slogan klise layaknya kecap nomor satu tertulis di samping foto para calon wakil rakyat itu. Mengaku paling religius, paling nasionalis. Di saat dunia sedang krisis, jaman lagi susah, tak menyurutkan niat para caleg itu untuk menjual diri mereka. Ada gula, ada semut. Jabatan wakil rakyat bagaikan gula, dan para caleg itu adalah semutnya.

Muncul pertanyaan usil, apa niat sesungguhnya mereka menjadi wakil rakyat? Ingin mengabdi pada rakyat dengan sesungguhnya? Atau ingin mengejar gengsi jabatan agar jadi orang terpandang? Atau hanya ingin jadi seorang koruptor? Padahal, tidak sedikit modal yang dikeluarkan untuk kampanye. Jika pilihan terakhir yg dipilih, ternyata keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih juga belum bikin jera para calon pejabat/wakil rakyat untuk jera jadi pencoleng, penilep, pengentit, pengutil uang rakyat.

Coba simak berita Jawa Pos, Kamis 11 Desember 2008 berikut ini:

Dari gambar terekam jelas deretan Bupati/Walikota/Mantan BUpati/Walikota di Jawa Timur yang terseret kasus korupsi dengan status terakhirnya (kecuali Mantan Bupati Nganjuk yang bebas). Mereka adalah contoh pejabat-pejabat koruptor, tidak amanah, pengemplang uang rakyat. Jabatan mereka dapat rata-rata sebelum adanya KPK.

Apakah berita Jawa Pos tersebut kemudian sedikit bisa menjawab pertanyaan di atas; apakah para caleg itu 'kemrungsung' menjual diri hanya ingin dapat antrian dari penangkapan KPK selanjutnya?
Wallahu'alam.

Sebagai generasi idealis, yang masih punya hati nurani, yang masih cinta atas bersih dan tegaknya NKRI dari anasir-anasir jahat para birokrat/aparat yang keparat dan suka merugikan kepentingan rakyat, sudah sepantasnya kita sangat prihatin. Kita patut memberikan dua jempol buat KPK, semoga tidak surut dalam menjebloskan para pejabat sekaligus penjahat itu ke dalam bui. Jangan hanya yang mantan-mantan saja, kalau memang pejabat aktif yang terbukti korupsi, langsung diseret saja ke penjara.

Jangan biarkan bangsa kita nongkrong di ranking 126 sebagai negara bersih di dunia. Jika Singapura, negara kecil tapi kaya-raya saja bisa menjadi negara terbersih nomor 4 di dunia, kenapa kita yang sebenarnya kaya (resource-nya: SDA, SDM-nya) tapi miskin (mental/orientasi kebangsaan) ini justru terpuruk dan justru kalah dari negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Vietnam.

So, maju terus KPK..!!!
Kita masih punya anak-turunan yang akan mewarisi bangsa ini. Jangan warisi mereka dengan mental dan budaya korupsi warisan Kompeni Belanda dan Orde Baru-nya Soeharto.
Sikat terus pejabat keparat pemakan uang rakyat!


Salam anti korupsi...!!!

(c) aGusJohn
at Bantaran Kali Brantas, 11 Desember 2008