Tuesday, December 12, 2006

#094: "Rumus" Masuk Jalan Tol: Filosofi Jalanan di Ibukota [1]


Sekitar jam 07 pagi, jika anda melintas di atas jembatan Jalan Cililitan Besar dari Pangkalan Halim menuju Cililitan, atau di atas jembatan Jalan Kerja Bakti; pertemuan antara Halim-Kramatjati, maka anda akan menyaksikan "show room" mobil yang luar biasa spektakuler panjangnya. Mulai dari pintu tol Cililitan hingga tol Cawang-UKI menuju dalam kota, atau ke arah Priok dan Cikampek. Atau bahkan, kemacetan di jalan tol itu sudah mulai dari pintu tol Cibubur. Puanjaaaang sekali.


Ya, rumus lewat tol Jagorawi sekarang adalah = masuk tol paling lambat jam 06:30. Jika lewat dari itu, jangan harap kita akan "dapet jalan lancar" (baca: akan menemui "show room" seperti di atas). Bahkan, untuk beberapa bus feeder perumahan yang berada di wilayah pinggiran Jakarta, mereka berangkat dari komplek biasanya jam 05:00 - 05:30. Feeder Kota Wisata misalnya, mereka jalan jam 05:30. Begitupun bus dan truk (shuttle) pengangkut para anggota TNI AL dari komplek Jala Yudha yang lokasinya berada bersebelahan dengan perumahan elite bernuansakan wisata di timur Cibubur itu. Jika anda jam 05:30 mampir ke daerah itu, maka anda akan menyaksikan para ibu KOWAL (Korps Wanita TNI AL) dengan segala kedisiplinannya naik ke atas truk militer untuk berangkat kerja.


Jam kerja militer dimulai pukul 07:00, sedangkan jam kantor non-militer kebanyakan dimulai jam 08:00. Sesuai hitungan jarak, Jakarta dengan beberapa wilayah penyanggah ibukota yang berada di pinggiran kota, seperti Bekasi, Tangerang, Depok, Cibubur-Kota Wisata, Cibinong dan lain sebagainya- berjarak sekitar 30-40 km. Secara logika, berangkat jam 07:00 pun cukup. Dalam kondisi normal misalnya, dari Cibubur menuju Sudirman bila via tol bisa ditempuh hanya dengan waktu 30 menit. Tapi, saat ini logika semacam itu sudah tidak berlaku lagi. Sekarang berlakulah rumus masuk jalan tol seperti di atas. Masuk tol tidak boleh lebih dari jam 06:30. Jika terlambat, maka arus dari Bogor, Bukit Sentul, Permata Sentul, Cibinong, Cimanggis, Citeureup dan daerah sekitar tol Jagorawi akan lebih dulu menutup semua ruas jalan tol, terutama yang masuk jalur dalam kota. Jagorawi pasti macet!


Jika kendaraan roda empat tiap hari terus bertambah jumlahnya, otomatis rumus di atas akan berubah pula. Mungkin tidak lagi start masuk tol jam 06:30, bisa jadi lebih pagi lagi. Bisa-bisa kita berangkat kerja habis sholat Subuh seperti sindiran iklan Bank Danamon yang fenomenal itu.


**
Jakarta memang sudah tidak bisa lagi diukur dengan jarak, tapi waktu. Jarak 60 km di daerah masih bisa ditempuh dalam waktu 1 jam dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Sementara di sini, jarak 1 jam hanya untuk jarak 30 km. Itu standar pakai kendaraan roda dua. Jika naik angkutan umum di Ibukota (seperti Kopaja, Metromini dan angkot lainnya), akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Bahkan, 1 jam hanya cukup untuk menempuh jarak 8 km saja (misalnya, rute Kalibata-Sudirman via Metromini 604) jika kita pulang kantor jam 17:00 on-time.

Perkembangan peradaban manusia ibukota memang terus berubah seiring dengan waktu yang terus melaju. Ironisnya, di sisi yang lain, trafik lalu lintas ibukota semakin parah dan memprihatinkan.





Landmark Tower B, 31 Oktober 2005 (c) Gus John

0 Comments:

Post a Comment

<< Home