Tuesday, November 07, 2006

#067: Ketika Aku, Sesungguhnya, Karena


Ketika aku merasa diriku ini yang paling khusyu' beribadah kepada Tuhan, sesungguhnya aku tidaklah khusyu', karena aku secara sadar bisa berpikir yang lain (tentang posisi diriku) di dalam kekhusyu'anku itu. Artinya, diriku tak konsentrasi penuh. Ibadahku tidak seratus persen ikhlas-lepas. Ada interest tertentu. Terlalu mengharap mendapat sesuatu pada Tuhan. Merasa diriku punya hubungan yang paling dekat dengan-Nya, sehingga tanpa sadar main sikut-tendang dengan sesama. Mengabaikan kenyataan bahwa, orang lainpun sebenarnya punya hak yang sama untuk mendekatkan dirinya kepada-Nya.

Ketika diriku ini merasa paling 'alim, sesungguhnya aku tidaklah 'alim, karena kesadaran akan kealimanku itu bisa menimbulkan segala macam noda hati; riya', takabur, pamer, jaga image (jaim) dalam berpolah-tingkah, memandang rendah ibadah dan keyakinan orang lain, merasa diri yang paling benar, dll. Padahal, 'alim dan tidaknya diri bukan kita sendiri yang menilai, tapi kita butuh cermin-pantul. Cermin itu adalah orang lain. Syukur-syukur, tentang kealiman kita, hanya Dia yang tahu.

Ketika aku merasa diriku kaya, sesungguhnya aku berada dalam kemiskinan (bila tak disyukuri), karena yang ada hanyalah motivasi menambah dan menumpuk kekayaan itu. Melupakan orang lain yang miskin-papa. Angkuh dengan harta. Lupa akan nasib teman-teman. Pamer, foya-foya, tidak amanah, lalu tanpa sadar larinya ke maksiat.

Ketika seseorang merasa mendapatkan istri yang tercantik, sesungguhnya ia mendapatkan musibah, karena terkadang terjebak pada kecantikan luarnya saja. Sementara hati dan tingkah-laku sang istri itu tak patut dijadikan suri-tauladan dalam berhubungan sosial. Ibarat membeli kucing dalam karung.

Ketika diriku ini merasa mulia dan agung, sesungguhnya aku biasa-biasa saja, karena kemuliaan seseorang adalah ketika berbuat baik, berbuat yang bermanfaat bagi orang lain, tapi ia sendiri tak pernah menyadarinya. Kemuliaan seseorang ialah, ketika ia bisa menemukan kehinaan dirinya, sehingga bisa memahami keagungan Tuhannya. Karena kemuliaan dan keagungan, hanya pantas menjadi milik Tuhan. Itu adalah baju Tuhan, bukan baju kita, manusia.
Ketika aku, sesungguhnya, karena.........


Padepokan Tebet, 29 Des '03, 03:45 WIB.
(c) GJ

0 Comments:

Post a Comment

<< Home