Friday, February 13, 2009

#126: Kekuatan Ikhtiar dan Do'a


Kucium dalam-dalam pipi Narayana. Dia hanya menggeliat malas. Tidur pulas. Jam menunjukkan 21:00 WIB. Baru saja aku tiba dari kantor. Beginilah, layaknya iklan Danamon; berangkat pagi, pulang malam. Ketika berangkat, anak belum bangun. Ketika pulang, anak sudah tidur.

Inilah resiko memilih rumah di pinggiran Jakarta. Jarak tempuh 30km setiap paginya harus memaksa perjalanan (paling lama) 1 jam 30 menit untuk harus sampai di kantor. Begitupun pulang. 60km PP jadinya tiap hari. Praktis, waktu luang bersama keluarga dimaksimalkan di Sabtu dan Minggu.

Terbaik memang bicara kualitas. Kualitas ciuman pada putri-putraku. Ciuman yang terdalam sambil sholawat Nabi SAW. Karena di balik ciuman, tersimpanlah do'a, harapan, kasih sayang, mensyukuri sebagai berkah, karunia dan nikmat Tuhan Yang Maha Kuasa.

Do'a-do'a ini sangatlah perlu, karena papanya Pambayun dan Narayana ini bukanlah orang yang kaya-raya dari "sono"-nya. Bukan pula penguasa, pejabat, pengusaha dan turunan atau keluarganya. Dan tidak pula memiliki warisan harta yang berlimpah-ruah.

Jadi sangatlah wajar, jika mau bikin anak, baca do'a. Istri lagi hamil, berdo'a. Anak lahir, berdo'a. Anak mau disunat, anak mau sekolah, lulus sekolah, mau nikah hingga mau cari kerja, do'a terus. Sepanjang perjalanan si anak kelak selalu diiringi dengan do'a.

Beda dengan jenis-jenis orang kaya yang saya sebutkan di atas, begitu anaknya lahir procot sudah punya sertifikat POM Bensin. Lahir langsung calon direktur, dirut, dan sebagainya.

Ya, begitulah. Dengan kondisi yang ada, solusinya adalah kita bentuk anak kita dengan kekuatan ikhtiar dan do'a.
Semoga saja barokah..!



(c)aGusJohn
Wisma Bakrie, 13 Februari 2009

Wednesday, February 11, 2009

#125: Kopi Jahe P(e/a)mbayun


Iseng saja campur heran. Baru tahu kalau ada produk lokal khas Kotagede, Yogyakarta; Kopi Jahe Gula Jawa merk "Pembayun". Kemasan kopi jahe yang berkomposisi: Gula Jawa, gula pasir, kopi, jahe dan tanpa bahan pengawet. Unik, karena namanya sangat mirip dengan nama putri sulungku, (Sekar Ayu Nakmas) Pambayun.

"Pembayun" atau "Pambayun" adalah sebuah nama yang tidak asing bagi orang Yogya. Ia adalah gelar kebangsawanan yang diperuntukkan buat putri pertama raja turunan trah Mataram. Dalam hal ini yang masih menonjol hingga sekarang adalah Kasultanan Ngayogyakarta. Jadi ketika putri sulung Sri Sultan menikah, maka kemudian disebut Putri Pambayun.

Tapi, nama Pambayun sebenarnya sudah ada sejak jaman Kerajaan Demak. Istri Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir, yang kemudian mendirikan Kerajaan Pajang) adalah putri Sultan Trenggono juga disebut Pambayun. Artinya, literatur ini menjelaskan bahwa gelar "Pambayun" bukan berasal dari Mataram, tapi sudah ada sejak dari Kerajaan Demak. Wallahu 'alam biash showab.

Bedanya nama putriku dengan kemasan kopi ini hanya di unsur "e" dan "a". Tapi dalam catatan (literatur) sejarah, perbedaan itu hampir punah. Baik "a" ataupun "e" dipahami sebagai sesuatu yang sama dalam melihat sejarah.


*
Adalah Rini Bayu yang bawa oleh-oleh itu. Cewek gaul bagian GCG yang masih berbau-bau pengantin baru itu rupanya habis jalan-jalan dari kampung. Cewek manis turunan ningrat (namanya saja ada Rr.-nya :-) itulah yang memberiku kejutan itu.

Menyenangkan..


(c)aGusJohn,
Wisma Bakrie, 12Feb2009

Monday, February 09, 2009

#124: Rintihan (2)

taken from #087:

"Kepalaku penat. Syaraf otakku berdenyut-denyut seolah-olah ingin
ambrol saja. Inspirasi dan ide begitu banyak, tapi sulit untuk kutuangkan dalam tataran teks. Ide, inspirasi, asumsi, hipotesa, semua bercampur menjadi satu. Berbaur, seiring dengan telingaku yang mendengar berita, mataku yang melihat dan membaca, dan otakku yang kemudian melakukan analisa. Semua bergelindan menjadi satu.

Dadaku serasa bergetar. Denyut jantungku berdecak keras. Terlalu banyak ide menimbulkan pergulatan pikiran di dalam batin. Ide-ide itu mengisi setiap relung-relung otak, seperti halnya arus Ciliwung yang mengalir deras melewati kanal-kanal".


Kali itu kini berwarna coklat, penuh berisi. Sampah-sampah berselancar terbawa arus air yang kuat. Jakarta terancam banjir lagi. Ini bulan Februari, dan itu sudah biasa tiap tahunnya.


back to #087:

"..........Telah kutemukan hipotesa tentang nasionalisme yang lebih bersifat fisik, atau aku menyebutnya sebagai "nasionalisme semu" di kalangan militer. Kebobrokan negara karena kebijakannya yang cenderung a-historis; mengangkangi hukum di bawah daulat kekuasaan. Tentang kerajaan nusantara; kaitannya dengan kehidupan sekarang. Atau tentang Banjir Kanal Timur dan kebijakan-kebijakan Pemprov DKI dengan segala kontroversinya. Dan masih banyak lagi yang lain. Duh, begitu banyaknya......"

Kini, jalanan ibukota penuh dengan lubang. Hampir 70% mungkin. Tidak hanya jalan-jalan yang kecil, jalan sekelas Gatot Subroto, MT Haryono, bahkan area "Segitiga Emas" seperti Jln. HR. Rasuna Said pun ikutan bolong-bolong. Sebuah penampakan Ibukota yang kumuh, lusuh, tidak sepadan antara bangunan pencakar langit yang tinggi-megah menjulang dengan infrastruktur transportasi sebagai ibukota negara.


back to #087:

".....Semua masih dalam tataran konsep. Aku masih belum bisa menuangkannya dengan lancar. Otakku terasa penuh. Lidahku terasa keluh. Mulutku terasa gagu. Akhirnya semua kubiarkan mengalir begitu saja, menunggu waktunya".

02-02-2005. Laptop kecil aku jadikan sebagai kambing hitam atas terhambatnya inspirasi-inspirasi yang tidak dengan mudah tercatat dan terekam dalam bentuk tulisan. Di kurun waktu itu, tulisanku hanya mengandalkan lamunan dan ingatan untuk mencatat semua tema yang datang. Aku selalu berandai "jika punya laptop, pasti tulisanku akan banyak", "jika laptop itu bisa kubawa ke mana aku pergi, tentu aku sangat produktif", dan seterusnya.

Rasanya ini tidak benar. Toh, ada laptop pun tidak otomatis aku jadi produktif. Bawa laptop ke mana-mana pun tidak menjamin bisa menulis dengan banyak. Tak ada yang sulit atau berat sebenarnya. Intinya hanya bagaimana bisa secara efektif kita bisa membagi waktu dengan benar. Itu saja, tidak pakai kambing hitam!



(c)aGusJohn
Wisma Bakrie I, 10-Feb-2009.

Sunday, February 08, 2009

#123: Hape Esia Bali, Wujud Impian Masyarakat Bali

Dilengkapi konten khusus umat Hindu dan Telepon Gratis Sesama Esia Selama 4 Bulan Di Bali

Jakarta, 6 Februari 2009
Kini masyarakat Bali memiliki hape eksklusif yang dibuat berdasarkan masukan mereka dan dipersembahkan pula untuk mereka. Hape tersebut dilengkapi konten khusus umat Hindu seperti kalender Bali, pustaka Hindu, penanda waktu Tri Sandhya, Gending Bali dan Wallpaper Bali. Selain itu masyarakat Bali yang membeli hape ini juga akan menikmati bonus sms 240 ribu karakter ke sesama Esia dan telepon gratis juga ke sesama pelanggan Esia di Bali selama 4 bulan (hingga 31 Mei 2009). Esia juga akan menyisihkan Rp 10 ribu dari setiap penjualan Hape Esia Bali sebagai dana punia yang akan diserahkan melalui PHDI (Parisadha Hindu Dharma Indonesia).

”Hape ini sangat cocok bagi Masyarakat Bali karena idenya berasal dari masukan yang diberikan oleh masyarakat Bali sendiri. Esia tinggal memfasilitasinya dan mengemasnya dalam sebuah produk yang sesuai dengan keinginan tersebut. Bisa dikatakan Hape Esia Bali merupakan wujud dari impian masyarakat Bali karena berasal dari mereka dan diperuntukkan bagi sendiri”, papar Erik Meijer, Wakil Direktur Utama PT Bakrie Telecom Tbk ketika memperkenalkan Hape Esia Bali di Denpasar, Bali kemarin.

Hape Esia Bali merupakan hape pertama dan satu-satunya di Indonesia yang berisi fitur-fitur pilihan khusus umat Hindu. Fitur-fitur ini dapat menjadi pengingat penting dalam beribadah sehari-hari dan telah mendapatkan rekomendasi dari PHDI.

Menurut Erik, masyarakat Bali merasa ciri budaya dan keagamaan mereka yang penuh dengan ajaran-ajaran Hinduisme harus terus dipelihara ditengah terpaan angin globalisasi. Perkembangan teknologi justru harus dimanfaatkan untuk memelihara keteguhan serta keunikan budaya dan agama masyarakat Bali.


Seperti halnya Hape Esia Hidayah bagi kaum muslim, Hape Esia Bali juga bisa dijadikan sarana pembelajar dan pelengkap bagi kaum Hindu Bali untuk semakin memperkokoh lagi akhlak serta nilai ibadah yang dijalankannya. Niat Bakrie Telecom dalam memperkenalkan Hape Esia Bali juga merupakan upaya untuk menjadikan teknologi sebagai bagian dari gaya hidup yang memiliki nilai-nilai religius dan karenanya bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Karena fiturnya sarat dengan nuansa keagamaan, maka perlu diperhatikan pemanfaatan fitur Hape Esia Bali dilakukan dengan mengindahkan kaidah-kaidah keagamaan, khususnya agama Hindu dan digunakan sebagimana mestinya dengan menjaga keabsahan konten yang tersedia di setiap fiturnya.

”Prinsipnya sama dengan Hape Esia Hidayah yang diperuntukkan bagi kaum muslim. Penggunaannya dan isi dalam fitur juga memperhatikan saran-saran yang diberikan oleh pihak yang berwenang. Dalam hal ini Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Pada Hape Esia Bali yang berwenang tentunya PHDI. Karena itu hape ini memang cocok sekali dengan masyarakat Bali”, kata Erik.

Kalender Bali misalnya. Sebagai salah satu fitur dalam Hape Esia Bali memuat aplikasi penanggalan tentang piodalan atau upacara di pura-pura Bali, terutama di pura-pura besar seperti Pura Basakih. Juga berisi aplikasi Trisandya yang mengingatkan umat Hindu untuk melakukan ritual doa 3 kali sehari.

Sedangkan fitur Pustaka Hindu memuat aplikasi yang berisi doa sehari-hari, buku suci Bhagavad Gita dan Sarasamuscaya serta aneka kidung. Pada kedua fitur tersebut pelanggan Esia harus melakukan registrasi dan kemudian dapat menikmatinya secara gratis selama 7 hari. Selanjutnya pelanggan akan dikenakan secara otomatis biaya berlangganan mingguan sebesar Rp 1000,- plus ppn untuk masing-masing fitur.

Disamping kedua fitur berbayar tersebut, pelanggan Esia dapat menikmati fitur Wallpaper Bali dan Gending Bali secara gratis. Wall paper Bali berisi gambar-gambar dan foto yang bernuansa budaya Bali. Sementara pada fitur Gending Bali lagu-lagu pda ring tonenya juga sangat bercirikan Bali seperti Janger, Layon Sari dan Mlila Cita.

Harga Hape Esia, menurut Erik, sangat ekonomis dan sama dengan hape-hape Esia lainnya yaitu Rp 299 ribu (termasuk ppn). Bonus sms 240 ribu karakter ke sesama pelanggan Esia bisa digunakan di bulan kalender berikutnya sejak aktifasi dan berlaku selama 30 hari. “Itulah ciri khas Esia. Inovatif dan terus berupaya untuk memberikan produk sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan segmen masyarakat”, jelas Erik.


Paket bundling hape Esia selalu disertai dengan fitur-fitur unik, punya pesan khusus dan ternyata memang diminati oleh segmen tertentu dari pelanggan Esia. Paket bundling yang diluncurkan ke masyarakat penuh dengan fitur-fitur unik yang tidak mudah ditiru oleh operator lain.

Diakui Erik, adanya fitur-fitur unik selain memberikan nilai tambah bagi pelanggan Esia juga merupakan langkah strategis perusahaan untuk menggandeng potensi content provider lokal. ”Kita buka kesempatan seluas mungkin dengan para content provider lokal untuk berkreasi. Kebetulan juga kebanyakan content provider diisi oleh tenaga-tenaga muda yang kreatif, sesuai dengan jiwa dan semangat Bakrie Telecom”.

”Semangat ini pula yang melekat pada diri Bakrie Telecom karena itu merupakan suatu kehormatan kami bisa melayani masyarakat dam memberikan yang terbaik bagi masyarakat Bali lewat Hape Esia Bali”, kata Erik mengakhiri penjelasannya.

by Fauziyah Syafarina N